Salwa Khalishah, Penjual Soft Drink yang Berjuang Mengejar Magister Hukum

Berita, Blog5 Dilihat

Di bawah terik matahari yang memantul di jalanan kota Medan, seorang gadis muda tampak berjalan menenteng cooler box berisi minuman dingin.

Senyumnya lembut, langkahnya ringan, tapi di balik setiap langkah itu ada perjuangan yang berat, sunyi, dan sarat makna.

Namanya Salwa Khalishah, 21 tahun. Ia baru saja menempuh perjalanan baru sebagai mahasiswi semester I Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).

Tak banyak yang tahu, di sela kesibukannya kuliah malam, ia berjualan soft drink keliling dan online di siang hari untuk mencukupi kebutiuhan dan membiayai pendidikannya.

Salwa adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ia tinggal bersama kedua orang tuanya di sebuah rumah sederhana di Medan.

Ayahnya hanya seorang pekerja serabutan, Sementara ibunya bekerja sebagai pegawai yang gajinya hanya cukup untuk kebutuhan pokok.

“Aku nggak mau lihat ibu lelah sendirian. Aku juga nggak mau ayah terus kerja berat tanpa hasil pasti. Jadi, apa pun bisa aku lakukan, asal halal,”
ujar Salwa dengan suara pelan namun tegas.

Dari kecil, Salwa sudah terbiasa dengan keterbatasan. Tapi justru dari keterbatasan itulah, ia belajar arti keteguhan dan kejujuran dalam hidup.

Perjalanan pendidikannya dimulai dari SD Al Ulum Medan, lalu SMP Negeri 7 Medan, dan SMA Negeri 3 Medan. Ia dikenal sebagai siswi berpotensi, rajin, dan pantang menyerah.

Berkat kerja kerasnya, Salwa berhasil masuk ke Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Bukan hanya lulus, tapi ia menamatkan kuliah S1 Hukum dengan predikat cumlaude — sebuah pencapaian luar biasa bagi anak keluarga sederhana.

“Aku tahu perjuangan orang tuaku besar sekali. Nilai cumlaude itu aku persembahkan untuk mereka,” katanya, tersenyum menahan haru.

Namun setelah toga itu dilepas, hidup belum berhenti menuntut. Ia memutuskan melanjutkan pendidikan ke jenjang Pascasarjana Hukum USU, sambil tetap bekerja keras di siang hari.

Setiap pagi, sebelum kuliah malam dimulai, Salwa menyiapkan minuman ringan di kamar kecil rumahnya. Ia membawa cooler box sederhana berisi puluhan botol yang ia beli dari hasil tabungan kecil.

Siang harinya ia berjualan online terkadang menjajakannya di sekitar kampus. ia tetap tersenyum pada pembeli seolah lelahnya tak pernah ada.

“Aku kuliah malam supaya siang bisa jualan. Kadang capek banget, tapi kalau ingat orang tua dan adik-adikku, semua terbayar,” tutur Salwa lirih.

Ia tahu, tidak semua orang diberi kesempatan untuk sekolah setinggi itu. Karena itu, baginya, rasa letih bukan alasan untuk berhenti berjuang.

Sering kali, setelah pulang kuliah malam dan membersihkan diri, Salwa duduk sendiri di kamar sambil menatap buku.
Ia menulis satu kalimat yang menjadi pegangan hidupnya:

“Tuhan, aku tidak ingin hidup mudah. Aku hanya ingin diberi kekuatan untuk melewati yang sulit.”

Malam-malamnya diisi dengan membaca jurnal hukum, menulis tugas, dan menyiapkan dagangan untuk esok hari. Hidupnya mungkin sederhana, tapi semangatnya luar biasa.

Salwa tak pernah ingin sekadar lulus. Ia ingin kelak menjadi dosen hukum, agar bisa berbagi ilmu dan membuktikan bahwa kesederhanaan bukan penghalang untuk berprestasi.

“Aku ingin anak-anak dari keluarga kecil seperti aku tahu, bahwa ilmu bisa mengubah nasib siapa pun,”
ucapnya sambil menatap langit senja.

Kini, langkah Salwa Khalishah terus melaju. Di tangan kirinya ia menenteng cooler box, di tangan kanannya ada buku hukum tebal dan laptop. Dua simbol kehidupan yang berlawanan, keringat dan pengetahuan, bersatu dalam satu tubuh kecil yang penuh semangat.


🕊️
Salwa Khalishah adalah potret nyata dari ribuan anak muda Indonesia yang berjuang dalam diam.

Ia membuktikan bahwa gelar cumlaude tak selalu lahir dari kemewahan, tapi dari keteguhan hati yang tak mau menyerah.

Ia berjalan di antara kerasnya hidup, membawa satu keyakinan:
bahwa mimpi sebesar apa pun akan sampai, asalkan langkahnya jujur dan niatnya tulus.(***)

Facebook Comments Box

Pos Terkait