Diduga Terpapar Limbah, Warga Sekitar PLTU Labuhan Angin Gatal-Gatal

Daerah19 Dilihat

Sibolga – Sejak beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin, keluhan kesehatan masyarakat di sekitar wilayah tersebut kian mengkhawatirkan. Sejumlah warga, baik anak-anak maupun orang dewasa, dilaporkan mengalami masalah Kesehatan mulai dari gangguan kulit, gatal-gatal parah hingga infeksi bernanah.

Masyarakat yang tinggal di Desa Mela II, Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan nelayan yang menggantungkan hidupnya pada hasil tangkapan laut dan ibu rumah tangga juga ikut berendam di pinggir laut untuk mengumpulkan kerang.

Aktivitas didalam air laut yang sudah terkontaminasi dengan limbah PLTU menyebabkan mereka mengalami penyakit gatal-gatal yang tidak kunjung sembuh. Gatal-gatal juga dialami beberapa anak-anak yang juga kerap bermain dikawasan pesisir.

“Sebelum adanya PLTU, anak-anak kami bebas berenang dilaut, tidak pernah ada kejadian gatal gatal. Awalnya kami kira hanya gatal biasa, lama-lama bernanah. Kalau obat berhenti dipakai, penyakitnya kambuh lagi,” ujar Nuraisyah, nelayan pencari kerrang sekaligus ibu dari anak yang mengidap gatal-gatal.

Direktur Yayasan Srikandi Lestari Sumiati Surbakti berdialog dengan warga di sekitar PLTU Labuhan Angin, Sibolga.

Fenomena ketergantungan pada obat ini menambah beban ekonomi keluarga, sebab mayoritas warga harus rutin membeli salep dan obat-obatan dari apotek setempat. Namun, penyakit tetap muncul kembali jika pengobatan dihentikan.

Puskesmas setempat mengklasifikasikan kasus ini sebagai alergi kulit dan memberikan anjuran pantangan makanan laut seperti kepiting, udang, maupun telur. Akan tetapi, sejumlah warga mempertanyakan diagnosis tersebut karena gejala mulai merebak sejak PLTU Labuhan Angin resmi beroperasi.

Selain itu, para peneliti lingkungan seperti Green Peace menyebutkan bahwa PLTU batubara berpotensi melepaskan sejumlah zat berbahaya ke udara maupun air.

Abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash) diketahui mengandung logam berat seperti merkuri, arsenik, timbal, hingga kromium heksavalen yang bersifat toksik.

Zat-zat ini dapat menempel pada kulit, menyebabkan iritasi, gatal, dan luka bernanah, serta memperburuk reaksi alergi pada tubuh.

Ketika FABA berinteraksi dengan air, unsur beracun ini dapat terlindikan secara perlahan, termasuk arsenik, boron, kadmium, hexavalent kromium, timbal, merkuri, radium, selenium, dan thallium ke badan lingkungan, merkuriradiumselenium, dan thallium ke badan lingkungan.

Di sisi lain, air panas yang dibuang ke laut atau sungai di sekitar instalasi juga berisiko mengandung sisa logam berat dan meningkatkan suhu perairan secara ekstrem. Kondisi tersebut dapat merusak ekosistem laut sekaligus memengaruhi kesehatan masyarakat yang masih beraktivitas di wilayah itu.

“Saat kami mengambil kerrang, bau air seperti menusuk ke jantung, sangat menyengat, kami sampai sulit bernafas. Selain itu, suhu air memang jadi lebih hangat, mungkin itu yang membuat ikan-ikan menjauh dari pesisir,” tambah Nuraisyah.

Warga yang mengalami gatal diduga akibat terpapar limbah PLTU Labuhan Angin, Sibolga.

Sayangnya, hingga saat ini tidak ada tanda peringatan bahaya di area perairan panas yang dekat dengan PLTU. Padahal, air tersebut sering dilalui warga untuk aktivitas sehari-hari.

Sumiati Surtbakti, salah satu pegiat lingkungan menilai kondisi ini menunjukkan adanya kelalaian serius dalam aspek keselamatan publik.

“Air panas hasil buangan PLTU berpotensi mengandung zat berbahaya. Seharusnya ada regulasi yang mengatur mengenai pembuangan limbah, baik itu jarak antara pembuangan FABA dengan aktivitas warga. Semu aini seharusnya sudah di atur dalam ANDAL dan dipatuhi oleh perusaan,” ujarnya

Masalah kesehatan yang menimpa warga kecil tidak pernah mendapatkan oleh pemerintah setempat atau pihak perusahaan. Sampai saat ini sebagian masyarakat memilih untuk demonstrasi dan Sebagian lagi memilih untuk tidak ikut menuntut perusahaan, melainkan memikirkan bagaimana cara agar kebutuhan keluarga bisa terpenuhi. (Rel)

Facebook Comments Box