Forum Komunikasi Wanita Islam Indonesia Soroti Isu SARA untuk Jatuhkan Hasyim : Politik Murahan

Politik25 Dilihat

MEDAN – Ketua Forum Komunikasi Wanita Islam Indonesia (FKWII), Nur Ainun, yang lahir dari keluarga berbeda—ayahnya berdarah Tionghoa dan ibunya bersuku Batak—menegaskan bahwa keberagaman adalah anugerah yang harus dirawat, bukan dijadikan senjata untuk menjatuhkan lawan politik.

Ia mengecam keras praktik politik yang menggunakan isu SARA untuk melemahkan Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Medan, Hasyim SE, dan menyebut upaya itu sebagai tindakan tidak bermoral, bertentangan dengan nilai kebangsaan, serta berpotensi memecah belah masyarakat.

Menurut Nur Ainun, kepemimpinan tidak boleh diukur dari latar belakang etnis atau agama seseorang, melainkan dari kinerja, pengabdian, dan kedekatannya dengan masyarakat.

“Bangsa ini berdiri di atas semangat persatuan dan kebhinekaan. Semua warga negara berhak memimpin sepanjang mereka mampu dan dipercaya rakyat. Jangan pernah membawa identitas untuk melemahkan seseorang,” tegasnya.

Ia menilai, isu SARA yang diarahkan kepada Hasyim SE hanyalah strategi politik murahan yang sengaja dimainkan untuk menjatuhkan elektabilitasnya.

“Tujuan mereka jelas, ingin menggagalkan Hasyim agar tidak lagi memimpin. Padahal, rekam jejaknya sangat jelas: beliau membesarkan partai dan tetap dekat dengan rakyat. Ini fakta yang tidak bisa ditutup-tutupi,” ujar Nur Ainun.

Sebagai perempuan yang tumbuh dalam keberagaman, Nur Ainun menegaskan bahwa Kota Medan justru membutuhkan pemimpin inklusif seperti Hasyim SE.

“Hasyim adalah sosok yang terbuka, mampu merangkul semua kalangan, dan selalu hadir di tengah masyarakat. Figur seperti inilah yang layak mendapat dukungan penuh, bukan malah dilemahkan dengan isu-isu yang tidak mendidik,” katanya.

Ia juga mengingatkan, penggunaan isu SARA dalam politik bukan hanya merusak demokrasi, tapi juga mengkhianati nilai kebangsaan.

“Kita harus melawan praktik semacam ini. Jangan biarkan politik identitas menguasai panggung demokrasi kita. Jika dibiarkan, ini akan merusak generasi bangsa ke depan,” tambahnya.

Lebih jauh, Nur Ainun mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya perempuan, untuk tidak mudah terprovokasi dengan isu-isu yang memecah belah.

“Perempuan adalah penjaga nilai di tengah keluarga dan masyarakat. Kita harus menjadi benteng, agar generasi muda tumbuh dengan semangat kebersamaan, bukan kebencian,” ujarnya.

Dalam pandangannya, dukungan kepada Hasyim SE adalah bentuk dukungan terhadap kepemimpinan yang inklusif dan visioner. “Selagi beliau mampu, kenapa harus dihalangi? Justru ini saatnya kita tunjukkan kepercayaan penuh agar Kota Medan semakin maju di bawah kepemimpinannya,” ucap Nur Ainun.

Di akhir pernyataannya, Nur Ainun menegaskan kembali bahwa Forum Komunikasi Wanita Islam Indonesia berdiri teguh menolak segala bentuk politik identitas.

“Isu SARA tidak boleh menjadi senjata untuk menjatuhkan. Kita ingin pemimpin yang bekerja nyata untuk rakyat. Dan kami melihat Hasyim SE adalah sosok yang layak untuk terus memimpin dan membesarkan partai di Kota Medan,” tutupnya. (Red)

Facebook Comments Box